Nov 29, 2012

Tawakal


Tawakal. 

Untuk memperkatakan tentang tawakal, sememangnya mudah. Sangat mudah. Tapi, sejujurnya, adakah kita benar-benar telah meletakkan tawakal kita sepenuhnya kepada Allah s.w.t?

IBADAH HATI

Tawakal adalah ibadah hati, yang lahir dari hati. Ibadah pula datang dari iman, al-imanu billah, keimanan & keyakinan kepada Allah s.w.t.

Dan iman itu mencakupi 3 perkara: anggota, lisan & hati.

Dalam konteks tawakal, hati yang melakukan tawakal, tapi di mana letaknya ibadah anggota & lisan?

Ada seorang sahabat Rasulullah s.a.w yang meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, , lalu ditinggalkan. Rasulullah s.a.w. bertanya: "Mengapa tidak kamu ikatkan?" Ia menjawab: "Saya sudah bertawakal kepada Allah." Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda: "Ikatlah dulu lalu bertawakallah."


Tindakan mengikat unta itulah sebenarnya ibadah anggota, usaha untuk mencapai sesuatu akibat.
Tapi, adakah kerana mengikat unta itu, unta itu pasti tidak akan hilang atau lari? Andai ditakdirkan Allah s.w.t, ada yang mencuri unta tersebut, pastinya unta itu akan hilang. 
Ibnu Qoyyim Al-Jauzi mentakrifkan tawakal: “Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (penghambaan) hati dengan menyandarkan sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahawa Allah akan memberikan segala kecukupan bagi dirinya dengan tetap melaksanakan sebab-sebabnya serta usaha keras untuk memperolehnya.”
USAHA & TAWAKAL, SEBAB & AKIBAT

Kita melakukan sesuatu usaha, untuk mencapai sesuatu matlamat, untuk memenuhi asbab sesuatu ‘akibat’, & untuk menyempurnakan ibadah anggota kita. Kalau tak study masakan boleh dapat mumtaz?

Tapi, hakikatnya, ‘akibat’ itu adalah di bawah ketentuan Allah s.w.t, tanpa ada sedikit pun hubungan dengan usaha kita. Kalau kita mendapat keputusan yang cemerlang, pada siapa kita sandarkan cemerlang kita itu?

‘Mungkin aku study tahun ni lebih, sbb tu dapat mumtaz
‘Tahun ni aku amalkan study group, mungkin sebab tu keputusan aku cemerlang’

Kalau kita gagal, kita mungkin akan berkata, ‘aku dah usaha sehabis baik dah, tapi kenapa gagal jugak.. ‘ – dengan itu kita telah menyandarkan keputusan kita pada usaha kita.

Allah s.w.t sahaja yang maha tahu apa yang terbaik untuk kita, baik ianya mumtaz atau maqbul, atau gagal sekali pun. Tawakal kita sepatutnya meletakkan 100% baik buruk sesuatu perkara dalam hidup kita kepada Allah s.w.t.

Tawakal & usaha perlu berjalan seiring, tapi kita perlu memutuskan hubungan sebab-akibat dalam tawakal kita. Usaha kita hanya untuk memenuhi ibadah anggota, tapi hati kita menyempurnakan tawakal kepada Allah s.w.t & yakin sepenuhnya dengan keputusanNya.

BEBERAPA DEFINISI TAWAKAL

Tawakal itu merelakan Allah s.w.t menjadi ‘al-wakil’ dalam setiap urusan hidup kita, meyakini zat Allah s.w.t yang mengurus hambaNya dengan kebaikan.
“Hakikat tawakal adalah hati benar-benar bergantung kepada Allah dalam rangka memperoleh maslahat (hal-hal yang baik) dan menolak mudarat (hal-hal yang buruk) dari urusan-urusan dunia dan akhirat” (Imam Ibnu Rajab)
sekumpulan burung terbang berpagi-pagian di Dumyat 

Memaknai tawakal dari sang burung, berpagi-pagian tanpa apa-apa tapi pulang dengan kenyang.
"Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang hari dalam keadaan kenyang." (HR At-Tirmidzi)
Tawakal itu kepasrahan hati di hadapan Allah s.w.t, seperti mana pasrahnya seorang mayat di hadapan org yg memandikannya. Tawakal itu adalah membiarkan Allah s.w.t memperbuat sekehendaknya, tanpa mempersoalkan kenapa.

Menyingkap tawakal seorang bayi dalam perut si ibu, menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah s.w.t, kenyang atau laparnya, hidup atau matinya, sihat atau cacatnya.

MENDIDIK TAWAKAL DALAM HATI

Dalam Al-Quran banyak diceritakan tentang tawakal para Nabi Allah.

Ingat kisah Nabi Ibrahim a.s yang memusnahkan berhala-berhala ketika ketiadaan orang-orang kafir? Tiadakah perasaan takut dalam hati Nabi Ibrahim ketika itu?

Lihat pula kisah Nabi Allah Musa a.s, bagaimana Allah mendidik tawakal dalam hati Nabi Musa.

Ketika Nabi Musa melihat tongkatnya bertukar menjadi ular untuk pertama kalinya, masih ada rasa takut dan kurang percaya, sehinggakan Nabi lari tanpa menoleh (rujuk Al-Qasas:31).

Kemudian, ketika berhadapan dengan penyihir-penyihir Firaun, Nabi Musa masih merasa takut, tapi hanya dalam hati & tidak sampai melarikan diri. (rujuk Taha: 67)

Dan ketika Nabi Musa bersama pengikutnya melarikan diri dari Firaun, Nabi Musa dengan yakinnya berkata: Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (rujuk Asy-Syu’ara:61-62)

Sebagai seorang doktor (atau bakal doktor), seharusnya perlu sangat-sangat faham tentang tawakal. Doktor perlu berhadapan dengan pesakit, merawat pesakit. Dan usaha merawat pesakit itu tidak lebih hanya sekadar ikhtiar kita untuk menyembuhkan pesakit, tapi kuasa yang menyembuhkan itu adalah Allah. Zahirnya seperti kita bergantung kepada ubat-ubatan & teknologi moden untuk diagnosis & merawat, tapi hakikatnya Allahlah yang menyembuhkan.

Didiklah tawakal dalam hati kita. Manifestasi tawakal akan membuahkan ketenangan dalam hidup. 

Fudhail bin I'yad ketika kematian anak kesayangannya, tertawa dan berkata: "Sesuatu yang Allah mencintainya, aku pun mencintainya, Sesuatu yang Allah kehendaki, maka aku pun mencintai yang Allah kehendaki & pilih"

Tiada istilah depression dalam orang yang bertawakal. Depression hanya untuk orang-orang yang tidak memaknai tawakal dalam hidup mereka!

 ۚ عَلَى ٱللَّهِ تَوَكَّلْنَا ۚ رَبَّنَا ٱفْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِٱلْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْفَٰتِحِينَ
"Hanya kepada Allah kami bertawakal, Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak. Engkaulah pemberi keputusan yang terbaik."
(Al-Mumtahanah: 89)

Wallahu'alam

- Mumtaz: cemerlang
- Maqbul: lulus

1 comment:

  1. Apabila manusia yakin dengan janji2 Allah, tawakkal memenuhi hati,barulah hati tenang.. :)

    ReplyDelete